
Ilustrasi Ai Oleh Editor Aksara Merdeka
Pendahuluan:
Bayangkan jika setiap anak Indonesia bisa bersekolah tanpa memikirkan biaya, dan setiap rakyat yang sakit bisa berobat tanpa takut menambah utang. Apakah kita bisa membayangkan betapa tenangnya hidup mereka jika pendidikan dan kesehatan gratis?
Sayangnya, kenyataan masih jauh dari harapan. Bagi sebagian besar rakyat kecil, sekolah dan rumah sakit masih terdengar seperti “kemewahan.” Padahal dua hal itu seharusnya menjadi hak dasar warga negara, bukan fasilitas eksklusif bagi yang berduit.
Pertanyaannya: Apa jadinya jika pendidikan dan kesehatan benar-benar gratis untuk semua?
1. Rakyat yang Sehat dan Terpelajar Adalah Pondasi Negara Kuat
Negara tidak mungkin makmur jika rakyatnya sakit-sakitan dan tak terdidik. Kesehatan membuat tenaga produktif, pendidikan membuat pikiran kritis. Keduanya saling melengkapi — seperti dua sayap burung yang membuat bangsa bisa terbang tinggi.
Negara-negara maju sudah membuktikannya. Finlandia, Norwegia, bahkan Brunei, menjadikan pendidikan dan kesehatan gratis sebagai investasi utama, bukan pengeluaran. Hasilnya, rakyat mereka tumbuh dengan mental sehat, disiplin, dan sadar tanggung jawab sosial.
Sementara itu, di Indonesia, banyak orang pintar lahir bukan karena sistem yang baik, tapi karena berjuang sendiri melawan keterbatasan.
2. Ketika Beban Hidup Diangkat, Mental Rakyat Akan Sembuh
Orang miskin sering digambarkan malas, padahal banyak dari mereka hanya kehabisan harapan. Bayangkan jika seorang ayah tidak perlu memikirkan biaya rumah sakit anaknya, atau seorang ibu tidak perlu meminjam uang agar anaknya bisa sekolah.
Psikologi rakyat akan berubah. Mereka akan lebih tenang, bahagia, dan percaya diri. Dengan beban finansial berkurang, mereka bisa bekerja dengan lebih fokus dan produktif.
Kriminalitas pun akan turun secara alami. Sebab untuk apa mencuri, jika kebutuhan dasar sudah terpenuhi? Orang tidak lagi terpaksa berbuat salah hanya untuk bertahan hidup.
3. Ekonomi Akan Bergerak Secara Alami
Pendidikan dan kesehatan gratis bukan beban negara — itu pemantik ekonomi jangka panjang. Rakyat yang sehat bisa bekerja dan berinovasi, rakyat yang terdidik bisa membuka usaha, menciptakan lapangan kerja, dan menghasilkan pajak dari kegiatan produktif.
Ekonomi akan berputar lebih cepat karena uang tidak lagi habis untuk biaya rumah sakit dan sekolah, melainkan beredar di sektor konsumsi, produksi, dan investasi kecil.
“Pendidikan dan kesehatan gratis bukan kemurahan hati pemerintah,tapi strategi ekonomi yang paling masuk akal.”
4. Negara Tidak Akan Bangkrut Jika Jujur Mengelola Kekayaan Alam
Indonesia punya sumber daya alam yang cukup untuk membiayai semua itu. Dari minyak, batu bara, nikel, gas, hingga hasil laut dan hutan. Masalahnya bukan pada kekayaan, tapi pada kebocoran dan pengelolaannya.
Jika 10% saja hasil bumi dimasukkan ke Dana Abadi Pendidikan dan Kesehatan Nasional, kita bisa membiayai sekolah dan rumah sakit gratis selamanya, tanpa menambah pajak rakyat kecil sedikit pun.
Negara lain sudah membuktikannya.Brunei dan Norwegia hidup dari hasil bumi, tapi menggunakannya untuk membangun manusia, bukan istana.
5. Hasilnya: Generasi Cerdas, Ekonomi Stabil, Negara Kuat
Ketika kesehatan dan pendidikan gratis menjadi nyata, rakyat kecil tak lagi berjalan dengan punggung menunduk. Mereka berdiri tegak dengan keyakinan bahwa negara benar-benar berpihak pada mereka.
Ekonomi berjalan, kriminalitas menurun,dan lahirlah generasi baru — sehat jasmani, matang rohani, dan cerdas pikirannya. Generasi yang tak sekadar bekerja untuk bertahan hidup, tapi berkarya untuk memajukan peradaban.
Kesimpulan:
Kesehatan dan pendidikan gratis bukan utopia, tapi kewajiban negara yang sadar makna kemerdekaan.
“Merdeka bukan berarti bebas dari penjajah, tapi bebas dari ketakutan akan sakit dan kebodohan.”
Negara yang menghapus dua beban terbesar rakyatnya telah membuka pintu menuju kemerdekaan sejati. Dan di situlah titik awal bangsa besar dimulai.
Baca juga: Feodalisme Di Tanah Merdeka: Luka Lama yang Belum Sembuh
