Mengapa Sahabat Nabi Saling Menolak Jadi Pemimpin: Keteladanan Akhlak di Balik Kekuasaan

Ilustrasi Ai Oleh Editor Aksara Merdeka

Pendahuluan: Saat Kekuasaan Tidak Lagi Diperebutkan

Sejarah mencatat, tidak lama setelah Rasulullah ﷺ wafat, umat Islam menghadapi pertanyaan besar:
Siapa yang akan menjadi pemimpin umat setelah beliau?

Namun, yang menarik — di saat banyak bangsa memperlihatkan perebutan kekuasaan,
para sahabat justru saling menunjuk satu sama lain.

Abu Bakar mengusulkan Umar.
Umar menunjuk Utsman.
Bahkan Ali pun sempat menolak saat umat memintanya menjadi khalifah.

Pemandangan seperti ini nyaris tidak pernah kita temui di zaman modern.
Ketika banyak orang berlomba mengejar jabatan dan pengaruh,
para sahabat malah takut — bukan karena tidak mampu,
tetapi karena mereka memahami bahwa kepemimpinan adalah ujian, bukan kehormatan. Sebuah fenomena langka—di zaman ketika jabatan sering dikejar, mereka justru takut menerimanya. Mengapa?

1. Takut Akan Amanah, Bukan Mengejar Jabatan

Bagi sahabat, kekuasaan bukan kehormatan, tapi ujian berat. Rasulullah ﷺ bersabda:

Sesungguhnya kalian nanti akan sangat berambisi terhadap kepemimpinan, ujungnya hanya penyesalan pada hari kiamatDi dunia ia mendapatkan kesenangan, namun setelah kematian sungguh penuh derita” (HR. Bukhari no. 7148, dikutip dari Muslim.or.id)

Mereka takut tidak sanggup menanggung dosa umat yang dipimpin. Maka ketika diminta, mereka menunduk—bukan karena lemah, tapi karena sadar tanggung jawabnya di akhirat.

2. Pemimpin Adalah Pelayan, Bukan Raja

Abu Bakar ash-Shiddiq, ketika diangkat menjadi khalifah, langsung berkata:

“Aku telah dipilih menjadi pemimpin kalian, padahal aku bukan yang terbaik di antara kalian.Jika aku benar, bantulah aku. Jika aku salah, luruskan aku.”

Kalimat ini menunjukkan kerendahan hati seorang pemimpin sejati. Ia tidak menuntut ketaatan buta, tapi meminta rakyatnya menegur jika ia salah. Bagi para sahabat, kekuasaan bukan untuk dilayani — tapi untuk melayani umat.

3. Mengutamakan Umat di Atas Diri Sendiri

Ketika Umar bin Khattab ditikam, ia tidak menunjuk anaknya sendiri. Beliau malah membentuk dewan berisi enam sahabat terbaik untuk bermusyawarah.

Umar berkata:

“Cukuplah satu dari keluarga Umar yang akan dimintai pertanggungjawaban atas umat ini.”

Ucapan itu menunjukkan kebesaran jiwa.Bagi para sahabat, kepemimpinan bukan warisan keluarga, tetapi amanah yang harus diemban oleh yang paling layak.

Baca juga: Bangsa yang Tidak Menulis: Kenapa Indonesia Dulu Jarang Mencatat Sejarah Dunia

4. Terlatih Menundukkan Ego

Inilah rahasia terbesar kenapa para sahabat bisa saling menunjuk. Mereka sudah dilatih oleh Rasulullah ﷺ untuk menaklukkan ego.

Bertahun-tahun mereka belajar, bahwa menang bukan berarti mengalahkan orang lain, tetapi mengalahkan hawa nafsu sendiri.

Jadi, ketika ditunjuk jadi pemimpin, mereka lebih memilih diam dan menunjuk yang lain — karena sadar, kepemimpinan bukan kehormatan, tapi ujian dari Allah.

5. Penolakan yang Lahir dari Ketulusan

Penolakan mereka bukan sikap pasif, tapi bentuk keikhlasan. Mereka berhati-hati agar kekuasaan tidak mencemari niat.

Ali bin Abi Thalib berkata saat akhirnya menerima jabatan khalifah:

“Aku tidak mencari kekuasaan ini. Tapi ketika kebenaran harus ditegakkan, aku tidak boleh berpaling.”

Itulah bentuk ketulusan sejati — menerima jabatan bukan karena ambisi, melainkan karena keharusan moral.

Kesimpulan: Pemimpin Yang Menunduk Lebih Mulia Dari Yang Berdiri Di Atas Takhta

Para sahabat saling menunjuk satu sama lain bukan karena tidak ingin berjuang, tapi karena mereka tahu, kepemimpinan sejati bukan soal kuasa, melainkan keberanian mempertanggungjawabkan setiap keputusan di hadapan Tuhan.

“Di zaman ketika banyak orang mengejar jabatan, para sahabat justru menunduk dan saling menunjuk — bukan karena tidak mampu, tapi karena terlalu takut kehilangan Allah di balik kekuasaan.”

Baca juga: Belajar dari China: Ketekunan Membaca, Menulis, dan Mewariskan Ilmu Antar Generasi

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses

Scroll to Top